Wednesday, 16 November 2011

Gempita Tika

Jajahnya luas tidak terlangkau pandangan akan hujungnya
Hujung yang juga titik punca pagi tiba dan senja menghilang
Hijau yang bercampur aduk kuning, biru dan jingga
Di suatu sudut sekawan lembu tampak terlena
Menumpang redup pepohon yang tunggal setia

Disebelah besi yang tercacak menongkah awan
Berdiri di kakinya but tinggi mencicah lumpur
Seorang mandor? Atau Super?
Sebelah tangan mencekak pinggang,
Yang bebas sibuk mengibas
Menyilat unggas unggas yang membingit rimas

Kelihatannya mencari sesuatu
Tolehannya perlahan kiri kanan mengeluh
Mata tidak mengerjip barang sewaktu
Teropong tergalas belum tersentuh
Agaknya apa kata dirinya
Meyelam keindahan hadiah yang Esa.

Sayangnya bising laguan memecah bicara sendu suasana
Tersentak si mandor Super lantas tangan pantas menggagau
Mencapai handphone, di poket kiri hitam warnanya
“Saya..Saya…” jawabnya kepada sipemanggil bersuara garau
Entah apa yang dikata, apa pula yang dikota

Tamat panggilan,
si lelaki kurus tinggi mendengus keras
Serabut tampak hatinya
alat di tangan seperti hendak dihempas
“Kerja gila!!” bentaknya bersuara
Berkerut bibirnya menjuih seperti benci akan kerja
Yang bakal datang tiba

Datang si burung pipit terbang menyinggah sebentar cuma
Sang mandor yang geram gempita tercuit sedar
Terpancar lembut kalimah suci dari jiwa tercalar
Mengangguk akur nikmat diterima walau sekadar masa
Meliuk pergi bagai sejuk angin menggigit kulit terbuka

Berdiri kembali memandang padang saujana
Di bibirnya senyuman terukir tanpa paksa
Bising pipit dibiar berkala
Entah esok lusa mungkin tiada...

No comments: